arTikeL

Selasa, 19 Agustus 2008

Merah Putih di Kaki Lima

Mendengar kata agustusan, kita pasti akan teringat dengan upacara, bendera, umbul – umbul dan aneka macam lomba – lomba. Menjelang agustusan pedagang kali lima dan pedagang musiman mulai bermunculan dan itu merupakan salah satu alternative bagi sejumlah orang untuk mengais rezeki dengan berjualan bendera dan atribut agustusan lainnya. Mereka umumnya memilih lokasi-lokasi strategis atau pusat keramaian untuk menggelar dagangannya. Berbagai macam bentuk dan ukuran bendera merah putih maupun umbul – umbul terpajang dan bertebaran di jalan-jalan protokol di sepanjang kota Malang.

Slamet (37) laki-laki separuh baya ini datang dari Kertosono Nganjuk, hanya untuk menjual atribut yang biasa digunakan saat perayaan HUT RI. Bagi Slamet, menjual bendera tidak sekadar mancari nafkah, tetapi ada pesan moral yang dalam dan dimaknai sebagai sebuah perjuangan. Rasa nasionalisme dengan menjual merah putih terasa lebih berharga dibandingkan keuntungan yang ia dapat. Coba kita ingat perjuangan kakek nenek kita dulu yang harus mengorbankan nyawa hanya untuk mengibarkan Merah-Putih.

Hj. Muksinah, perempuan asal Madura ini sehari-hari berjualan pisang di Pasar Dinoyo. Tetapi pada agustusan tahun ini, sementara beralih berjualan bendera dan umbul-umbul. Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu dapat dikantongi per harinya. Ia mendapat pasokan bendera dan umbul-umbul dari pihak keluarga sendiri dan disimpan untuk dijual tahun jika belum laku.

Harga bendera, umbul-umbul dan atribut lainnya yang ditawarkan bervariasi tergantung ukurannya. Bendera berukuran 1 meter x 80 Centimeter harganya Rp 35 ribu. Untuk ukuran kecil, mulai Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu sedangkan ukuran lain bervariasi antara Rp 50.000,- hingga Rp 100.000,-. Sedangkan bendera dekorasi yang sudah dibentuk dengan berbagai macam bentuk, berkisar antara Rp 150 ribu sampai Rp 30 ribu per lembar tergantung ukurannya. Tetapi jika membeli dalam jumlah banyak atau borongan, harganya lebih miring.

Tak tanya bendera dan umbul-umbul yang menghiasai bulan agustus. Ketika sore mulai menjeleng, Hasan, warga Polean Jodipan mulai menggelar dagangannya di Jalan Soekarno Hatta yaitu lampion. “Setiap hari sore saya berjualan disini, karena bulan agustus saya sengaja membuat warna merah putih”, acap pemuda yang masih lajang ini. Selain menggelar dagangannya, ia mengaku sering mendapat pesanan lampion untuk acara-acara tertentu maupun untuk festifal. Dagangannya yang kali ini mayoritas berwarna merah putih ini dijual antara Rp 10 ribu sampai Rp 40 ribu tergantung ukurannya.

Mukadimah

Kita dapat memandang dunia dalam perspektif berbeda lewat fotografi. Berteman dengan fotografi dapat melatih mata dan membuat kita lebih bersyukur akan anugerah penglihatan. Hasrat dan nafsu membara dalam menemukan point interes membuat kita bersusah payah mencari sudut pengambilan yang unik. Fotografi melindungi segala kenangan kita dan memperlihatkan kepada orang lain. Dan disitulah jiwa kita akan tergambar. Fotografi sering menggoda, mendorong dan memaksa kita untuk berimajinasi dengannya. Kreasi yang hebat dapat ditunjukkan dengan gagasan inspiratif, aspek kreatif eksploratif estetik dan usaha yang tak kenal surut. Kecepatan dan percepatan pencapaian seseorang berbeda, kita bisa mengejar dan terkejar, itu wajar dan tak usah gusar